Kondisi seseorang tidak bisa merespons secara emosional suatu peristiwa dalam bahasa kedokteran mati rasa (emotional numbness) disebut sebagai detachment atau kehilangan emosi atau minat.
"Kehilangan kemampuan merasakan itu macam-macam. Rasa apa yang hilang? Kalau kehilangan respons atau tidak mampu membngkitkan emosi terhadap berita duka, namanya afek tumpul, jelas dokter.
Detachment, termasuk yang kategori afek tumpul, merupakan suatu gejala yang tentu saja tidak saja tidak bisa serta merta dirujuk pada suatu gangguan mental. Namun detachment ditemukan pada penderita depresi, skizofrenia, PTSD (personal traumatic stress disorder), bipolar disorder, skizoid dan bisa saja pada orang berkepribadian ambang.
Depresi dibagi menjadi 3 level, yakni mild, moderate, dan severe. Pada level moderate dan severe, depresi bisa disertai gejala psikotik maupun somatik atau tidak keduanya. Jika sampai punya afek tumpul, biasanya depresi sedang hingga berat. Yang pasti depresi non psikotik karena dirinya masih menyadari ketidakmampuannya, "Ungkapnya
Penderita depresi dengan gejala psikotik sudah tidak bisa menyadari karena ada perubahan kesadaran. Contohnya, kalangan itu mendengar bisikan dan menciptakan dunianya sendiri. "
Reaksi diforiknya sudah kacau. Seharusnya sedih malah senang, mematung, atau lari lari.
Ini sudah tidak mungkin dia sadar bahwa dirinya harus sembuh. Malah buat dia, kita yang harus berobat, " jelas kepala rehabilitasi narkoba RSJ Menur surabaya tersebut.
Mereka yang masih menyadari ketidakmampuan merespons emosi yang seharusnya dianjurkan untuk segera memeriksa diri dan terapi. Sebab, jika memang benar depresi, hal tersebut akan sangat mengganggu kehidupan, " Ingat ada trias depresi, yaitu fisik, mental psikologi dan kognitif, "ungkapnya.
Secara fisik, penderita depresi mengalami penurunan berat badan yang drastis. Secara mental psikologis merasa terasing dan tidak ada gairah hidup. Secara afektif menjadi gampang lupa dan tidak bisa memusatkan atensi dengan baik " secara sosial pasti berakibat buruk. Pekerjaan juga terganggu pastinya, "imbuhnya.
Seseorang yang mati rasa akan menghadapi hal itu jika dibiarkan berlanjut. Fattyawan menjelaskan, mati rasa sebenarnya adalah bentuk perlindungan diri dari kesedihan yang mendalam atau kejadian kejadian traumatik.
Dengan mati rasa, seseorang bisa menjalani hari, sementara hatinya terluka karena orang yang dikasihi meninggal, misalnya.
Bila mati rasa berlangsung lama, akan timbul masalah." Sebab, kondisi tersebut bisa saja menjadi gangguan mental
Pengobatannya bisa ditempuh dengan farmakoterapi dan psikoterapi. Dengan farmakoterapi, ada obat obatan yang harus rutin diminum.
"Seseorang yang depresi neurotransmitternya lemah. Dengan obat, dia dibuat aktif kembali, " kata spesialis jiwa berusia 64 tahun itu.
Yang tak kalah penting adalah psikoterapi. "Make the unconscious to conscious."
Disadarkan pada kenyataan, menggeser cara pandang. Karena yang mereka lakukan adalah menghindar, kita beri kekuatan untuk menghadapi kenyataan, "tegasnya. Rangkuman Jawa Pos 15/7/14