Jumat, 23 Februari 2018

membangun indonesia emas



MEMBANGUN INDONESIA EMAS

Untuk membangun Indonesia emas diperlukan suatu usaha yang tertata dan itu tidaklah mudah untuk dilakukan. Masalah utama saat ini yang sering jadi bahan pembicaraan adalah tentang kesenjangan sosial. Ini sudah biasa terjadi di Negara kita dimana orang kaya akan semakin kaya sedangkan yang miskin tetaplah miskin. Untuk itu perlu adanya upaya untuk mengatasi masalah ini. Contoh nyata untuk mengatasinya dengan menyemarakkan tradisi kerja keras. Dengan kerja keras dapat meningkatkan ekonomi di dalam keluarga kita.
Tradisi kerja keras. Tradisi ini sebagian dari etos kerja, yang sangat penting untuk ditumbuhkan. Tidak ada cara yang lebih mulia untuk mengejar ketertinggalan, mencapai suatu cita-cita kecuali menumbuhkan semangat kerja. Memang, kerja keras memerlukan perubahan mindset dan energi yang luar biasa, akan tetapi dengan tradisi keilmuan yang sudah terbangun, spirit kerja keras akan dengan mudah dikembangkan menjadi kerja cerdas. Kombinasi kerja keras dan kerja cerdas akan mampu menciptakan kreasi dan inovasi. Kita kejar ketertinggalan kita, kita raih cita-cita kita dengan kerja keras dan cerdas. Ukuran yang paling mudah kerja keras ini adalah kebiasaan memulai kerja sebelum jam kerja resmi dimulai dan mengakhirinya setelah jam kerja resmi berakhir.
Hal kedua yang perlu diketahui tentang membangun Indonesia emas tentang kualitas pendidikan di Indonesia. Sistem pendidikan di Indonesia bisa dikatakan sangat buruk. Biaya sekolah yang semakin mahal tidak sebanding dengan hasil yang didapatkan. Paradigma pendidikan kita lebih ditekankan pada bagaimana menghasilkan lulusan yang memiliki kecerdasan soft skill dan hard skill yang memadai. Sehingga saat terjun kemasyarakat bisa menjadi seorang pemimpin yang baik.
Mengamati kondisi sosial kemasyarakatan bangsa ini sekarang, kita rasanya berada dan terjebak dalam keironisan. Kondisi dimana adanya perbedaan antagonistik antara kemestian sebagai suatu keniscayaan dengan fakta sebagai suatu kenyataan. Ada beberapa indikator kenapa sampai pada kesimpulan tersebut. Pertama, dalam kancah global, mestinya dengan jumlah penduduk terbesar keempat di dunia, peran bangsa ini didalam percaturan ekonomi, politik, dan lainnya harus istimewa, tapi kenyataannya masih sangat kecil, bahkan kalah dengan bangsa-bangsa lain, yang jika diukur dari jumlah penduduk, luas wilayah atau geografis, kekayaan sumber daya alam, dan lainnya, lebih besar kita. Kedua, keironian dimana banyak dijumpai masyarakat yang memiliki atau berada di sekitar sumber daya alam yang begitu besar, seperti hutan misalnya, justru mereka yang paling mengenaskan kondisi sosial-ekonominya. Ironi ketiga, terhadap gejala politik lokal. Mestinya yang memiliki hak lebih, mereka yang menentukan dan lebih dominan. Keempat, mestinya dunia pendidikan di Indonesia adalah tempat bersemainya nilai-nilai kecerdasan, intelektualitas dan kesantunan atau keadaban, tapi masih sering dijumpai dalam faktanya, di beberapa tempat pendidikan baik dasar, menengah maupun perguruan tinggi, adanya prilaku-prilaku yang menghambat tumbuh-suburnya kecerdasan dan kesantunan. Ini bias dilihat ketika dibeberapa kampus dalam skala besar maupun kecil, konflik berkembang menjadi suatu anarki yang tidak lagi mencerminkan sebuah lembaga pendidikan.
Ironi kelima, mestinya para agamawan dan cendekiawan biasa menjadi pencerah bagi masyarakat agar mereka terbimbing dari perilaku-perilaku tidak terpuji, tapi pada kenyataannya masih sering dijumpai lembaga-lembaga dimana para agamawan dan cendekiawan berkumpul, justru meredupkan nilai-nilai pencerahan itu. Keenam, partai-partai politik yang mestinya menyuarakan aspirasi masyarakat seringkali terjebak di dalam adu kepentingan antar elite, pengurus dari partai politik itu, sehingga parpol tidak sibuk mengurusi atau menjaring aspirasi secara luas, tapi disibukkan dengan konflik-konflik internal
Membangun Indonesia emas hal ketiga juga dapat dilakukan dengan membina insan positif. Dari pedoman tersebut dimengerti bahwa bagi tiap insan berlaku aturan kebaikan mendapat imbalan positif, sebaliknya kejahatan mendapat imbalan dalam bentuk efek negatif. Sebenarnya, untuk berpikir positif bukanlah hal yang sulit dilaksanakan sebab kita dikaruniai otak yang di dalamnya ada suatu sistem pikiran yang bekerja otomatis. Salah satu contohnya dengan menggerakan generasi muda untuk berhenti memakai narkoba. Karena barang satu ini termasuk barang haram yang dapat merusak kesehatan generasi emas penerus bangsa. Selain itu ada juga melakukan hal positif dengan tidak melakukan dan menyerukan agar tidak melakukan sex bebas. Banyak sekali generasi penerus bangsa yang melakukan pacaran berlebihan, perilaku tersebut dapat memicu terjadinya penyakit yang sangat bahaya seperti AIDS dan sifilis. Selain itu dengan banyaknya video porno yang menyebar begitu luas di zaman ini, sangat berbahaya untuk generasi emas yang rentan adanya sex bebas. Perlu adanya binaan moral dan yang terpenting agama agar tehindar dari pergaulan yang sangat merusak.
Hal keempat yang perlu dibangun adalah dengan membangun dan mengelola sumber daya alam. Sumber daya alam Indonesia sangat luas, terutama sumber daya alam hayati. Konservasi kawasan perairan merupakan salah satu yang perlu dikelola. Pada kedalamannya, laut Indonesia memendam hamparan terumbu karang yang ditempati lebih dari 500 spesies dari 70 generasi terumbu karang. Taman air dangkal ini membentuk relung-relung ekologi yang didiami ratusan ikan karang, alga, crustacean, moluska, mamalia dan reptilian laut. Komunitas biota laut dan terumbu karang ini berpadu membentuk surga bawah laut yang indah yang perlu untuk kita lestarikan.

the love story


THE LOVE STORY
Kisah cintaku amatlah rumit, bukan hanya karena dari segi ceritanya tapi makna didalamnya. Hatiku, hatimu atau hatiNya, memang bingung untuk memilih diantara persimpangan perasaan ini. Hatiku kah yang lebih dominan atau hatimu yang lebih dominan, atau hati untuk ALLAH SWT. Andai saja pilihan itu ada, aku lebih memilih untuk melupakanmu. Melupakanmu yang telah memberi arti kehidupan ini. Membuangmu dari sudut ingatanku tidaklah mudah untuk aku lakukan. Mengingatmu membuatku semakin resah, tapi melupakanmu memanglah bukan perkara yang mudah untuk dilakukan. Namun, apa daya, kebingunganku menyudutkanku pada kondisi tanpa pilihan selain mengingatmu, walaupun mengingatmu adalah perkara yang tak selayaknya.
Aku memang masih belum bisa melupakanmu. Aku juga tak bisa memaksa hatiku untuk melupakanmu. Dan ternyata aku tak perlu punya pilihan untuk melupakanmu. Barangkali juga untuk urusan hidup yang lainnya, kita tidak perlu bingung dengan pilihan kalau kita sudah punya keinginan sungguh-sungguh. Dan sekarang, aku benar-benar tidak ingin melupakanmu.
Hatiku sebenarnya hanya ingin untuk dekat dengan-Nya. Karena dengan begitu terasa tentram dan nyamannya perasaan ini. Dengan menjalankan segala perintah ALLAH dan menjauhi semua larangan-larangan ALLAH. Apabila hatiku ini berpaling pada hatimu bukan untukNya semata sebaiknya kau pergi saja. Hatiku sangatlah menginginkan sesuatu yang baik yang sesuai dengan ketentuannya.
“ Pasti merasakan manisnya iman orang yang RIDLA ALLAH sebagai RABB, ISLAM sebagai aturan HIDUP, dan MUHAMMAD SAW sebagai Rasul”  (HR. MUSLIM).
Curhatanku selanjutnya adalah tentang ketertarikan kepada lawan jenis alias pacaran. Biasanya masalah itu adalah kekhawatiran tentang cara mengawali pacaran dan apabila melakukan pacaran harus ngapain aja. Nah, orang tua mulai kebingungan mengawali remaja mereka. Seringkali orang mengira bahwa remaja sangat menikmati masa pacaran. Padahal kalau mau sedikit capek bikin survey ke SMP atau SMU,  sebenarnya hanya sedikit remaja SMP yang sudah pacaran atau remaja SMU yang sudah biasa pacaran. Mereka justru berpikir bahwa pacaran adalah sesuatu yang membuat malu dan bahkan membuat mereka tertekan. Tidak jarang di antara mereka justru merasa terpaksa berpacaran karena tekanan dari teman sekelompok karena tidak mau dianggap cupu alias kurang pergaulan. Jadi bukan karena mereka benar-benar ingin berpacaran.
Biasanya jatuh cinta itu berjuta rasanya dan merupakan kekinian zaman now. Buktinya, banyak banget dari mereka yang gonti-ganti pacar. Itu karena mereka pada umumnya hanya memandang pacaran sebagai kesenangan, bukan karena tujuan yang lebih besar. Sebagian sudah mulai berani pacaran pada usia sangat remaja dan prosesnya pun lama banget. Apakah kamu tau pacaran itu termasuk dosa besar yang tidak Allah sukai. Karena lebih besar mudharatnya, seperti zina dan lain-lain. Bagi remaja, berpacaran sudah seperti bertunangan, terus aturannya tidak tertulis dan kalau pacaran harus setia lah ga boleh lirik-lirik, ga boleh bergaul sama cewek atau cewek selain sama pacar. Memang pengaruh “kimia tubuh” sangat besar terhadap keinginan remaja untuk berpacaran. Namun ternyata itu bukan satu-satunya pendorong yang meningkatkan kecenderungan pada lawan jenis. Pendorong lainnya adalah adanya kecendurungan mereka mencari kenyamanan dari seseorang. Bahkan kadang keinginan untuk selalu berada di dekat sang kekasih pujaan hati merupakan hasrat yang sangat kuat.
Aku punya kisah yang memilukan tentang pacaran ini. Sebelum aku bertobat, aku sempat melakukan pacaran selama tiga kali. Mereka bertiga memiliki sifat berbeda dan cerita yang berbeda pula. Pertama bernama dante, dia orangnya baik dan tidak sombong. Aku menjalani pacaran sama dia selama 4 tahun. Tapi apa yang kamu tau dibalik ketampanan dan kebaikannya aku sering dilanda kecewa. Aku pikir ada sesuatu yang disembunyikan dante. Ternyata benar saja apa yang aku duga. Di tahun ke empat aku baru sadar dan tau ternyata dia sudah berkeluarga dan memiliki anak. Seperti jantung mau copot, karena selama ini aku merasa dibohongi. Apa yang terjadi kemudian, aku depresi berat dan harus dimasukkan kerumah sakit jiwa.
Dia dengan mudahnya begitu saja meninggalkan aku saat lagi sayang-sayangnya dan menginginkan keseriusan hubungan. Tapi apakah itu karena kesalahan mutlak dante, ternyata itu ada yang salah dengan hatiku. Kenapa telah melanggar aturanNya, bahwa pacaran itu dilarang dalam ajaran agama. Untuk itu selama masuk di rumah sakit jiwa. Aku lebih mendekatkan diri kepadaNya.
Musibah terberat selama ini yang pernah aku alami adalah berpisah dengan kedua orang tua selama sebulan di tempat yang agak menakutkan, di rumah sakit jiwa. Tapi apalah dayaku. Aku hanya bisa pasrah dan berdoa semoga lekas diberi kesembuhan oleh Allah.
Jadi begini ceritanya, karena dilanda patah hati aku mengurung diri di kamar. Tak ada satupun yang tau pada saat itu aku sakit. Lama kelamaan orang tuaku merasa aneh, kenapa tika tidak pernah keluar kamar. Saat kamar diperiksa ternyata aku duduk dipojokkan dan terlihat depresi. Aku akan segera di masukkan ke rumah sakit tetapi awalnya aku menolak. Akhirnya orang tuaku sepakat menggunakan penjemputan. Jadi penjemputan ini adalah khusus pasien jiwa yang tidak mau dibawa berobat ke rumah sakit jiwa. Setelah dilakukan penjemputan akhirnya aku berada di IGD rumah sakit jiwa itu. Awalnya memang tidak betah tinggal disana, tapi dari hari kehari dikunjungi perawat dan dokter bikin aku jadi betah. Teman-teman di rumah sakit jiwa merupakan manusia yang sangat toleran dan selalu bisa memahami aku.
            Aku bebas melakukan apa saja disini tanpa khawatir dicap macam-macam. Disini enak, bahkan kalau telanjang pun gak ada yang marah banget atau khawatir ada teman yang berpikir agak agak menjurus. Aku disini bisa tertawa sepuasnya dan teman temanku tidak peduli akan apa yang aku tertawakan. Hal yang tak terbayangkan bila itu aku lakukan diluar, bahkan diluar, mau tersenyum saja kadang kadang aku takut dan harus berpikir dua kali. Karena akan dipandang sinis, di cemooh dan jangan jangan nanti mendapat penilaian yang bukan-bukan. Beda dengan berada di rumah sakit jiwa. Selain itu setiap hari aku berinteraksi dengan perawat yang baik baik dan sabar. Sehingga punya teman untuk berbagi keluh kesah.
            Kalau lagi iseng aku mencuri dengar pembicaraan dokter kepada perawat. Waham atau delusion adalah bagian dari skizofrenia, kata mereka, yaitu sebuah keyakinan maya yang sangat sulit digoyahkan. Jika anda merasa bahwa semua orang selalu memperhatikan anda, itu sudah termasuk waham. Waham adalah ciri ciri penyakit jiwa, kalau sudah akut sangat sulit untuk disembuhkan. Ruangan di dalam rumah sakit dibagi menjadi bangsal bangsal, ada yang bernama anggrek dan wijaya kusuma. Selama di anggrek aku melihat banyak pasien sakit jiwa yang parah, berbagai persoalan yang mereka temui. Dari masalah keluarga hingga masalah pekerjaan. Sebenarnya masalah utama orang dengan ODS seperti aku adalah memerlukan hormon dopamin. Dopamin adalah salah satu zat kimia di otak yang berperan memengaruhi emosi, gerakan, sensasi kesenangan, dan rasa sakit. Kadarnya dalam otak bisa naik turun. Sebagian besar kesenangan, seperti makanan, minuman, dan seks, bisa meningkatkan kadar dopamin. Jadi, tak heran selepas kita melakukan kegiatan-kegiatan tersebut, kita akan merasa rileks dan senang.
            Begitu pula dengan ODS, yang notabene memiliki kadar dopamin berlebih di otaknya. Akibatnya, ODS merasa senang berlebih hingga mengalami halusinasi di pikirannya. Nah, berikut ini adalah fakta menarik dopamin, pertama dopamin meningkat ketika ada aktivitas tertentu yang berkaitan dengan kesenangan atau dipicu oleh beberapa jenis obat obatan narkotika. Kedua berpengaruh terhadap rasa-rasa yang menyenangkan, seperti, jatuh cinta, bahagia, motivasi, dan percaya diri. Namun, jika berlebihan maka akan sangat membahayakan.
            Ketiga, dopamin juga memengaruhi perilaku seseorang. Bila normal, maka perilaku yang ditimbulkan tentunya akan positif. Sebaliknya, jika berlebihan, maka perilakunya akan berlebihan. Keempat tak hanya memengaruhi sisi perilaku dan perasaan, dopamin juga memengaruhi sistem pencernaan dan kekebalan tubuh. Kelima, terlalu banyak dopamin dalam otak terbukti secara ilmiah dapat meningkatkan risiko gangguan skizofrenia. Sebaliknya, jika terlalu rendah kadarnya, Parkinson bisa menjadi akibatnya. Terakhir, dopamin juga berhubungan erat dengan gangguan lain, seperti, gangguan pemusatan perhatian hiperaktivitas. Pada penderita hiperaktivitas , akan diberikan obat yang memicu peningkatan dopamin dalam otak.
            Di sinilah peran penting keluarga dalam mendampingi ODS seperti aku. Pertama yang harus dilakukan keluarga adalah mengawasi ODS  agar tetap mengonsumsi obat antipsikotik. Selain itu, keluarga juga perlu memberikan dukungan sosial kepada aku. Aku cuma ingin merasa bermanfaat di masyarakat karena penerimaan dari lingkungan sekitar tersebut akan berdampak positif terhadap kondisi kejiwaanku.
            Setelah kurang lebih satu bulan rawat inap di rumah sakit jiwa, aku diperbolehkan pulang. Betapa senangnya perasaanku saat itu. Bisa melakukan aktivitas kembali semula. Pulang dari rumah aku bisa menggunakan handphoneku lagi. Betapa bahagianya aku bisa komunikasi dengan teman-temanku. Lebih mengejutkan lagi, aku dapet pesan dari seorang yang pernah mengisi relung hidupku. Setelah dante membuat patah hati. Ada cowok baik yang masuki kehidupan baruku. Alhamdulillah, rasa syukur ini terus menerus aku panjatkan kepada Allah.
            Ceritaku ga berhenti sampai disitu aja, aku mendapatkan hidup yang baru dan tambatan hati baru. Senangnya perasaan ini, dia selalu mengajak aku kejalan yang diridhoi Allah Alhamdulillah.
Anda tentu taka sing dengan kisah seseorang yang tergila-gila pada kekasihnya atau mabuk kepayang gara-gara cinta. Entah sejak kapan cinta kemudian diserupakan dengan “penyakit”. Tapi yang jelas, ketika cinta datan, berbagai gejala tak biasa mulai muncul. Walau begitu, banyak juga pakar yang mengklaim bahwa mencintai justru tanda orang yang sehat mentalnya. Tetapi menurut aku, jatuh cinta atau mencintai termasuk awal timbulnya penyakit. Mencintai berarti memberikan cinta, bertingkah laku berdasarkan cinta, dan hidup dalam cinta itu. Cinta memang indah, tetapi dalam realitanya cinta itu juga rumit. Lamanya waktu anda saling jatuh cinta dengan pasangan, entah sehari, setahun, sepuluh tahun, bahkan dua puluh tahun, tidak menentukan anda khatam dengan cinta itu sendiri. Itulah sebabnya orang bijak berkata, cinta itu masih perlu dipelajari setiap hari.



jodohku di tahun ini



JODOHKU DI TAHUN INI
Apa yang paling menyebalkan dari saat berkumpul dengan keluarga kalau bukan ditanya soal pernikahan. Sudah ada calonnya? Kapan mau menyusul adikmu? Jangan lama-lama loh nanti diambil orang. Ahh, aku hampir jenuh mendengarnya. Sekali dua kali masih bisa kusangkal dengan alasan versi aku, lama kelamaan menjawab dengan senyum pun sepertinya sudah tidak ampuh lagi. Ibu yang biasanya tenang-tenang saja pun sekarang mulai senang menyindir soal jodoh. Sekarang setiap kali pulang dari undangan teman atau kerabat, ibu akan segera bercerita tentang si ini yang sudah punya anak atau si itu yang sudah punya cucu. Rasanya semua orang sedang menerorku sekarang.
“Jodoh itu kan ditangan Allah, Bu”, aku mengeles lagi kali ini.
“Iya, dan akan tetap di tangan Allah kalau kamu tidak memintanya”, jawab ibu sambil menyemai tanaman hiasnya. Aku menyeruput teh pahit yang sudah hampir dingin ini. Pahit dan dingin, seperti hatiku. Wanita mana yang tidak ingin menikah, memiliki pasangan, menjadi istri sekaligus ibu. Aku tahu semua itu sangat menyenangkan. Ada banyak alasan mengapa aku belum ingin menikah sampai di usia penghujung kepala dua ini. Ketiga kakakku sudah menikah dan rumah tangga mereka tampaknya tidak berjalan mulus. Kak Rin ditinggal suaminya yang harus mengabdi menjadi guru di daerah tertinggal, terpaksa ia membuka kios kue kecil-kecilan untuk memenuhi kebutuhan mereka sehari-hari. Kak Hani dengan ikhlasnya rela dimadu oleh suaminya dengan alasan menolong janda beranak empat yang terlantar. Dan yang diatasku, Kak Amia sepertinya menikmati penderitaan hidupnya dengan suami yang berpenghasilan lebih kecil daripada dirinya. Mereka bertiga sebenarnya tidak pernah mengeluh, malah sebaliknya. Tapi bagiku, apalah enaknya menjalani rumah tangga seperti itu. Dan yang paling menyesakkan adalah saat adikku, Rasti memilih untuk melangkahiku. Dia cukup berani mengambil keputusan itu.
Aku pamit kepada ibu dan segera berangkat ke kantor. Aku bekerja sebagai seorang editor di sebuah majalah keluarga. Sekarang kantorku mendadak ikut menerorku juga, karena rekan-rekan di kantor senang meledekiku “Editor di majalah keluarga kok belum bekeluarga sih?”, begitu kata mereka. Sebenarnya ledekan itu sudah menjadi barang biasa di kantorku tapi akunya saja yang sedang sensitif mendengarnya.
“Kenapa, Wa? Masih galau soal yang kemarin lagi?”, Della menghampiri mejaku sambil memberikan tulisan yang akan ku edit. Aku mengangguk. Della adalah sahabatku sejak di bangku kuliah, dan dia tahu betul permasalahanku ini. Della bukan tak perduli, tapi ia mengerti sifatku yang tak suka dicampuri soal urusan pribadi. Ujung-ujungnya dia cuma akan menasehatiku untuk memperbaiki diri. Maklumlah, Della yang memiliki suami seorang ustadz itu selalu menyurhku untuk meningkatkan ibadah jika ingin mencari jodoh yang baik.
“Sholatku sudah tidak bolong-bolong lagi kok, Del”, terangku padanya. Della menarik kursinya dan duduk di sebelahku.
“Kamu coba deh tambah dengan amalan sunnah, kayak sholat Dhuha. Karena sholat Dhuha akan melancarkan rezeki seseorang. Termasuk soal jodoh”. Kali ini perkataan Della kumasukkan dalam hati. Benar, mungkin yang wajib saja tidak cukup, mungkin Allah menginginkanku untuk lebih dekat lagi pada-Nya.
“Dan satu lagi! Jangan banyak milih, cantik…”, Della menjawil hidungku. Dia segera menarik kursi menuju meja kerjanya. Della ini sok tau! Aku tidak banyak memilih kok. Tapi aku tidak ingin merasakan apa yang dirasakan ketiga kakakku, jadi wajar saja aku lebih selektif dalam memilih pasangan. Aku ingin seorang lelaki yang pintar untuk menjadi ayah bagi anak-anakku kelak, aku juga ingin lelaki yang berpenghasilan mapan karena kelak aku tidak ingin menjadi ibu dan istri yang sibuk bekerja sampai meninggalkan kewajibanku. Lebih baik aku menjadi ibu rumah tangga saja, tak apa tak berkarir asal dia mampu menghidupi keluarga. Hemm, aku juga tak ingin yang terlalu tua walaupun aku tahu lebih besar kemungkinanku untuk medapatkan yang tua ketimbang yang masih muda. Maklumlah, resiko lama menikah. Tapi adakah yang sepaket lengkap seperti ini? Aku tak begitu yakin sebenarnya.
Saran Della mulai kujalankan. Mulanya memang malas-malasan untuk mengerjakan sholat Dhuha yang hanya dua rakaat itu. Tapi aku tahu ini pasti pekerjaan setan yang menggodaku untuk bermalas-malasan sehingga semakin menjauhkan aku dari impianku. Dengan segenap hati kuangkat takbir menyerahkan diri kepada Rabb-ku. “Ya Allah, sesungguhnya Engkau tahu kegelisahan ini. Dan Engkau tahu yang terbaik untukku”, batinku manakala berdoa selesai sholat Dhuha. Dengan tidak segan kucurahkan semua kegalauanku kepada-Nya, tak malu pula aku pintakan jodoh yang sesuai dengan impianku. Toh, Allah menyuruh kita untuk berdoa dan meminta kepada-Nya, lantas apa salahnya kupinta seseorang itu?
Seminggu saja kujalankan, rasanya ada yang berbeda dengan hidupku. Lebih lapang, lebih tenang, lebih nyaman, lebih… Ahh, lebih baik coba rasakan sendiri. Soal jodoh itu pun tak ku pusingkan lagi karena semakin lama semakin ku pasrahkan kehadirat Allah Ta’ala.
Ini sudah hari kesepuluh kuamalkan sholat Dhuha dengan rutin. Belum selesai melipat mukena, Della yang baru siap berwudhu menghampiriku. Dia memintaku untuk menemaninya ke perpustakaan daerah. Katanya ia harus bertemu temannya, seorang dosen sekaligus praktisi bidang psikologi yang akan diminta untuk mengisi rubrik konsultasi keluarga di majalah kami. Aku mengiyakan saja, mumpung aku sedang tidak ada kerjaan karena editanku sudah kuserahkan kepada redaktur barusan.
Selepas Della sholat, kami segera berangkat dengan mobilnya ke perpustakaan daerah. Jalanan sedikit macet, aku menggerutu dalam hati.“Aneh sekali, ketemuan di tempat lain saja kenapa rupanya?”. Aku bertanya tentang calon pengisi rubrik ini. Kata Della namanya Hana, teman kecilnya dulu. Mengambil S1 dan S2 di luar negeri kemudian kembali ke tanah air dan memilih menjadi dosen sekaligus praktisi. Hana pasti sangat cerdas. Ya, aku beberapa kali mendengar cerita soal temannya yang bernama Hana dari Della dan aku pikir mereka memang cukup dekat hanya saja baru kali ini aku berkesempatan menemuinya.
Sesampai di perpustakaan yang ditunggu belum tiba. Jadilah aku dan Della yang suka melahap buku ini menjelajahi isi perpustakaan. Hampir lima belas menit kemudian barulah Della dihubungi oleh Hana kalau ia baru saja sampai. Della segera menemuinya sedangkan aku masih asyik dengan bacaanku. Tak lama berselang, Della memanggilku.
“Yang mana Hana?”, tanyaku sambil melihat sekeliling perpustakaan yang sepi. Tak ada sosok wanita di sekitar sini. Della tertawa.
“Ini Hana, lengkapnya Hanafi. Aku terbiasa memanggil nama kesayangan ibunya itu”
Mataku membelalak. Bukan karena tak percaya bahwa Hana yang dimaksud adalah lelaki, tetapi sosok Hanafi ini seperti…seperti… Seperti jodoh yang aku pinta! Ya Allah, inikah sepaket lengkap yang sempat kuragukan keberadaannya itu? Inikah orangnya? Hanafi tersenyum kepadaku. Ia mengenalkan dirinya sambil menangkupkan tangan di dada. Aku membalas dengan cara yang sama. “Hilwa”, kataku.
Sepanjang pembicaraan Della dan Hanafi, aku lebih banyak diam. Ribuan pertanyaan menggebu-gebu di dalam pikiranku. Inikah jawaban dari sepuluh Dhuha ku? Hanafi kah orangnya? Bagaimana mungkin ada orang sesempurna pintaku? Tapi siapa Hanafi? Bagaimana kalau dia sudah menikah? Ahh, perasaan apa ini. Mungkin Hanafi pun tak tertarik melihatku. Dia masih terlihat sangat muda, gagah dan… sedikit tampan. Ehm, bukan. Tapi memang cukup tampan. Ya, Allah… bagaimana ini?
Aku mengaduk teh dalam gelas lagi. Kali ini teh manis yang hangat. Seperti suasana hatiku yang sedang dipenuhi kemanisan dan kehangatan. Tangan yang kekar melingkar di bahuku dengan penuh kelembutan. Dia menggelayut manja sementara aku kegelian. Aku memukul tangannya dan dia menjerit pelan.
“Jangan marah-marah dong, nanti cepat tua”, katanya.
“Memang aku sudah tua”, jawabku pura-pura ketus. Hanafi tertawa lepas.
Sejatinya aku memang lebih tua darimu, Mas… Mas Hanafi. Sejak pertemuan kita hari itu kau tahu? Aku semakin memperbanyak rakaat sholat Dhuhaku. Di tengah malam kutambah lagi dengan Tahajjud yang panjang dan penuh cucuran airmata. Saat itu aku merasa Allah sedang menunjukkan kepadaku bahwa aku tak boleh meragukan-Nya. Aku menangis di sepertiga malam memohon ampun karena sempat meragu dengan kedatangan jodohku, tak lupa ku pintakan jalan keluar karena hati ini terlanjur terpikat padamu.
Tak ada lagi cerita tentang dirimu dari Della, sedang aku malu berkata. Sampai hari itu, dua bulan setelah pertemuan kita kau datang mengutarakan niatmu untuk melamarku. Di depan orangtuaku kau tunjukkan kesahajaanmu yang pada akhirnya meyakinkan mereka untuk menerima dirimu sebagai menantu. Kau tahu? Itu adalah sholat Dhuha ke-93 yang aku laksanakan. Dan hari itu adalah hari paling membahagiakan dalam hidupku.
“Masih suka menghitung sholat Dhuhamu?”, tanya mas Hanafi. Dia sepertinya suka saat mendengar cerita Della tentang perjuanganku menjemput jodoh. Terutama cerita tentang sepuluh dhuha itu. Sepuluh hari dengan sholat Dhuha yang mengantarkan pada pertemuan pertama kami.
Mas, akan ada seratus, seribu bahkan sejuta Dhuha lagi. Bukan untuk meminta yang lebih baik lagi darimu, tapi meminta engkau dan aku yang lebih baik. Untuk kehidupan kita yang lebih indah, di bawah naungan keridhoan Allah.
Jika sepuluh Dhuha itu bisa memberikanku kebahagiaan seperti ini, maka aku berkenan untuk terus melaksanakannya lagi ya Rabb.

TIPS DAN MOTIVASI
Dalam mengisi lembaran sejarah kehidupan dunia ini marilah kita senantiasa bertaqwa kepada Allah dengan melakukan semua perbuatan yang sesuai dengan jalan yang diridhoi oleh Allah atau senantiasa berada pada jalan yang lurus yaitu agama Islam, dan meninggalkan segala sesuatu yang dilarang dan dimurkai Allah yang pada akhirnya akan menjerumuskan diri kita pada kehinaan dan kesengsaraan akhirat.
Salah satu perbuatan tidak disukai Allah adalah terburu-buru, contohnya adalah terburu-buru dalam menjemput jodoh dengan cara melakukan pacaran. Contoh hal yang dimurkai Allah adalah dengan melakukan pacaran. Remaja sekarang banyak sekali melakukan pacaran tanpa sadar mengetahui efek buruk yang akan didapatnya. Allah melarang sesuatu karena perbuatan itu tidak baik untuk manusia itu sendiri.
Hanya dengan berjalan pada jalan Allah, kita akan memperoleh rahmat, ni’mat, hidayah dan karamah dari Allah SWT. Suatu derajat yang sangat didambakan oleh setiap insan yang memiliki keimanan sempurna dan akhlaqul karimah. Derajat tinggi yang tiada bandingannya yang diperoleh seseorang berkat kesholehan amal dan keikhlasannya dalam beribadah.
"Jadikanlah sabar dan solat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali orang-orang yang khusyuk." (Al-Baqarah:45)
Ambillah masa untuk mentadabbur al-Quran. Ambillah waktu untuk menghayati hadis-hadis Nabi SAW. Kedua-dua ini adalah sandaran asas utama untuk kita membina sebuah keluarga yang teguh berpegang denganNya. Andai tajwid masih berterabur, pergilah belajar memperbetulkan bacaan. Andai tidak pernah membelek hadis Nabi SAW, pergilah ke majlis ilmu mendengar orang mengajar kitab. Kita bukan sekadar menunggu, tetapi menjemput jodoh dengan mempersiapkan diri untuk menjadi pasangan yang terindah buat jodoh kita kelak. Lelaki dan wanita persiapannya sama sahaja. Tidak ada istilah wanita yang harus lebih bersiap sedia berbanding lelaki. Kedua-duanya akan memegang amanah dan tanggungjawab masing-masing.
            Sikap dan langkah yang diambil Rasulullah patut dibanggakan dan menjadi contoh keimanan yang sempurna. Rasulullah telah mempraktikkan perkataan beliau sendiri yaitu bahwa keimanan seseorang belum sempurna hingga ia dapat mencintai saudaranya sebagaimana mencintai dirinya sendiri. Andai masih rasa kurang agama di dada, belajar dan carilah ilmu tersebut. Tingkatkan akhlak dan peribadi. Perlengkapkan diri dengan Fiqh Wanita, Fiqh Kekeluargaan dan pelbagai Fiqh lagi. Andai kita tidak menyibukkan diri dengan pencarian ilmu, takutilah kita akan 'disesatkan' oleh serangan hawa nafsu.
Bagi yang belajar agama pula, jangan sesekali merasakan diri sudah 'cukup' dengan ilmu agama yang ada di dada. Ilmu yang dipelajari itu sebenarnya hanya sebagai 'kunci' sahaja. Andai ada kunci, tetapi tidak berusaha membuka peti, takkan terbuka juga peti tersebut. Seperti itulah juga orang yang belajar agama, selagi tidak diamalkan ilmu yang ada di dada, selagi itulah tidak akan mampu untuk dia kuat menongkah arus ujian yang lebih berganda dari orang yang tidak belajar agama. Selain itu, teruslah berdoa tanpa jemu. Teruslah optimis berdoa tanpa merasa buruk sangka kepada Allah.


tegar



TEGAR
 
Sinar sang surya telah meninggi di atas jam 12.00 WIB, surya yang sangat terik, tak ada awan yang menghalanginya, tak ada 1 burung pun yang terlihat melintasi langit, tak ada angin sejuk yang meraba dan membelai rambutku, hanya suhu panas yang kurasakan. Yang terlihat di langit hanyalah matahari dan langit berwarna biru. Ada yang mengeluh dan mencerca cuaca seperti ini. Adzan berkumandang dengan merdunya terdengar di telinga setiap umat, suara terindah yang selalu kudengar kala 5 waktu datang. Suara yang menggugah hati orang-orang mulia, mengajaknya untuk terus menapaki jalan Allah SWT.
Adzan adalah angin sejuk yang merambah ke hati dan pikiranku. Tak ada angin, Adzan pun jadi. “Tika, bagaimana keadaanmu nak? Apa tidak merasa pusing lagi?”. Ibuku bertanya dengan suara lembut nan menyentuh relung hatiku, menambah sejuk hatiku. Oh, ibuku yang kucintai, ibuku yang selalu menasihati aku untuk selalu menjadi seseorang yang baik, soleh dan pintar. “Alhamdulillah baik bu, tika sekarang akan memenuhi panggilan itu karena Allah.”. Ibuku sangat perhatian padaku meskipun usiaku sudah 20 tahun. Selesai sholat dzuhur berjamaah di masjid aku menyelesaikan tugas kuliahku, meskipun ini hari libur aku tak akan membuang waktu ku. Aku akan pergunakkanya dengan sebaik-baiknya.Setelah tugas-tugasku kelar. Aku tidak lupa untuk makan dan meminum obat. Iya benar kenapa ibuku selalu perhatian lebih ke aku. Karena aku mengidap szikrofenia dan saat ini aku dalam masa berobat jalan. Ya memang penyakitku ini terlihat mengawatirkan. Banyak yang mengira aku udah tidak punya nyali dan tidak tangguh. Tetapi itu hanya perkiraan orang yang melihat hanya diluar saja. Siapa yang tidak berjuang. Aku banyak berjuang demi kuliah, ibuku, dan penyakitku ini beserta agamaku. Aku sakit karena sering melihat kakakku yang sering melakukan maksiat dan dahulunya aku juga sering disuruh untuk melakukan pacaran atau melakukan maksiat itu. Aku sering tidak tahan dengan tingkah kakakku ini, ingin rasanya aku membawa ibuku pergi sejauh-jauhnya hingga tak kita temukan lagi maksiat. Tapi Ibu selalu melarangku, Ibu selalu menyuruhku sabar, sabar dan sabar. Menjadi orang yang sabar menghadapi pemuda bajingan, begitu tepatnya. Kakakku yang sekarang bukan lagi kakakku yang dulu aku kenal. Dulu ia sangat baik sekali, tapi semenjak Ayah meninggal Ia jadi Brutal seperti ini. Menjadi pemuda pemabuk, dan suka main perempuan. Tak pernah Ia mendengarkan kata-kata Ibu, Ia selalu melawan, Anak durhaka.
“uhuk, uhuk, uhuk…” suara batuk Ibuku yang sudah lanjut usia berumur 56 tahun. “uhuk, uhuk, uhuk…” suara batuk ibu membuat air mataku pecah tak tertahan lagi. Kali ini Ibu angkat bicara “nak, kau menangis?” tanya Ibuku, aku tak mampu menjawab. “kenapa kau menangis? Kamu ini seorang yang pemberani, dan tak cengeng. Kenapa kamu harus menangis?” sanggah Ibu membuat aku harus membendung air mata yang mengalir di tangan Ibuku. “uhuk, uhuk, uhuk…” kali ini lebih keras. Sejenak ku menatap wajah Ibu yang meneteskan air matanya, Ia berdiri di pintu dengan pisau di tangan kananya.
Permasalahanku dimulai dari ulah kakakku. Dia mempunyai pacar dan selalu melakukan maksiat dengannya. Aku hanya bisa melihat tertegun melihat keadaan itu. Dan di siang hari yang terik ini, aku telah diperkenalkan oleh kakaku dengan seorang pemuda tampan. Kakak menyuruhku untuk kencan dengannya. Karena aku agak labil, aku menurut saja apa kata kakakku. “Tika kamu jalan saja sama si Noval” itu pinta kakakku. Aku hanya bisa menurutinya. Tanpa pamit ke ibu dahulu. Aku dan Noval jalan menuju taman ria. Awalnya memang baik-baik saja, tetapi sesaat kita pulang. Noval mengajakku ke sebuah hotel. Hotel itu bernama MELATI, aku hanya bisa menurutinya. Akhirnya akupun melakukan hal maksiat itu kepada Noval. Pulang dari itu akupun menangis sejadi-jadinya. Karena sebelumnya belum pernah aku melakukan hal itu.. Aku merasa aku bukan seseorang yang sesungguhnya. Aku ini siapa saat ini.
Keesokan harinya saat aku dikampus ”Tika…” teriak seorang gadis berjilbab berwarna biru muda, warna yang teduh. Ternyata aku sangat mengenaknya. Seorang wanita yang aku melihat dan mendengar namanya. “Zahra…!!!” teman satu fakultas denganku, anak seorang Dokter langganan Ayahku dulu sekaligus sahabat karibnya. Zahra, wanita yang cantik, pintar, baik, dan solehah. “Assalamualaikum Tika”, “walaikumsalam, ada apa Zahra? Kenapa kamu menghampiriku? Aku sedang sibuk. “Aku mau mengajakmu ikut kajian!” “Bagaimana, apakah kamu ingin ikut denganku?”  Aku pun menyanggupinya. Aku mengenal banyak hal dalam diskusi kali itu. Semua tentang agama dijabarkan dan dijelaskan secara terperinci. Sebelumnya aku jadi amat cinta sama si Noval. Walaupun banyak penjelasan dan cermah yang aku dengar.
Keesokan harinya aku mendapatkan kabar yang amat menggelegar. Noval yang katanya mencintaiku, ternyata dia sudah mempunyai istri dan satu anak perempuan. Betapa terkejutnya diriku. Lemas dan layu badan ini untuk menyangga. Akhirnya aku pingsan dan tidak sadarkan diri. Ibuku hanya bisa membantuku dan menanyakan penyebab aku lemas begini. Tetapi aku tidak bisa bilang apa-apa.
Rabu, 12 November, 10.21 WIB, aku dibawah oleh 2 orang body guard dan mengajak ku kesuatu tempat. Ternyata itu tempat rumah sakit jiwa. Iya sekarang aku ditahan atau lebih tepatnya menjadi pasien rumah sakit jiwa. Disana aku linglung dan lupa akan segala hal. Patah hati ini membuat semua perasaanku kacau dan tak tangguh lagi. Hari demi hari kulewati di tempat ini. Aku menemukan banyak teman yang sejenis denganku. Banyak pula perawat dan dokter yang mendatangi, menanyaiku. Tiap hari pun aku diberi obat-obatan yang banyak dan membuatku semakin tenang. Memang aku diberi obat penenang disini. Di rumah sakit jiwa aku berusaha tegar dan selalu berdoa semoga diberi kesembuhan oleh Allah SWT.
Ibuku selalu menjenguk ku dan selalu mendoakanku akan musibah yang menimpa diriku ini. Sebulan telah berlalu aku sudah bisa keluar dari tempat itu. Saksi bisu sebuah penyakit yang menimpaku. Aku harus mampu bangkit. Aku perempuan tangguh. Aku dinyatakan bisa rawat jalan oleh dokter.
Sebulan sudah aku dikurung ditempat itu, aku tidak pernah ikut kajian lagi. Sesaat aku rindu dengan teman-temanku, terutama Zahra.
Kamis, 13 Desember, 13.00. Sehabis sholat aku diajak oleh Zahra untuk ikut kajian. Zahra menjemputku dengan mobilnya. Disana aku belajar agama lagi. Belajar setapak demi setapak, mengikhlaskan semua yang telah terjadi pada hidupku.Aku mau memulai perubahan dengan tidak mau melakukan pacaran lagi. Tetapi banyak yang mencemooh aku. Aku dibilang hanya pencitraan saja. Tak apalah dibilang begitu, tetapi aku tekat bulat untuk tidak melakukan maksiat itu. Aku berusaha melupakan Noval. Berusaha memaafkan kesalahan kakakku. Sejak berusaha untuk tobat, aku tidak tinggal dengan kakak dan ibuku. Aku memilih untuk mengekost dekat dengan kampusku. Aku berjuang dengan sekuat tenaga untuk melawan penyakitku. Kalau disaat penyakitku kambuh aku bisa berhalusinasi dan delusi. Aku tidak mau penyakit itu muncul lagi dihidupku. Aku mendekatkan diri kepadaNya.
Senin, 17 Januari, 15.00 Aku pulang ke rumah. Aku buku pintu rumahku yang seperti tak terawat lagi. Aku ucap salam, tak dijawab. Aku panggil Ibu, Ibu, Ibu. Tak ada jawaban. Ku ulang lagi. Aku mendengar suara tangisan kecil dari arah belakang, Aku berjalan ke belakang. Dan… Pemandangan yang mengerikan kulihat di sudut ruangan, seorang pemuda kurus kering, mata cekung, rambut panjang acak-acakan, dan tak memakai baju, hanya celana. Menekuk kakinya dan memeluk lututnya, Ia terus menangis. “Kakak.” “kakak, kau kenapa? Ibu dimana?” Aku bertanya berulang kali tetap tak Ia jawab. Baru Aku sadari bahwa kakakku gila dan buta. Aku sedih. Aku bawa kakakku ke rumah sakit jiwa, tempat dimana aku dirawat dahulu. Aku pergi ke rumah Zahra, Aku bertanya pada Zahra dimana Ibu. Dia hanya diam seribu bahasa, hanya matanya yang berkaca-kaca. Aku harus TEGAR menghadapi semua ini.
TIPS MENJADI MUSLIMAH TANGGUH
Menjadi muslimah yang tangguh untuk era zaman sekarang, memang tidaklah mudah. Tapi kita harus tetap mempertahankan jati diri kita sebagai seorang muslimah, Salah satunya dengan melaksanakan segala perintahNya menjauhi laranganNya. Satu hal yg lagi sering diperbincangkan adalah tentang berpacaran. Para remaja saat ini hanya mengumbar nafsunya untuk melampiaskan emosi, kekesalan dalam hidupnya. Lebih tepatnya untuk pelampiasan sesaat, yang cenderung untuk menyesal diakhirnya. Perempuan terutama memang hatinya mudah rapuh. Saat ini kita saatnya untuk berhijrah dari masa zaman jahiliyah ke zaman kesuksesan. Kita berani bilang tidak untuk melakukan berpacaran. Karena jelas adanya hukum berpacaran adalah haram. Karena mendekati dengan zina. Banyak memang teman-teman kita yang bilang kita munafik, karena berhijrah tidak mau berpacaran. Mereka orang-orang yang picik dan berfikiran sempit dalam memandang masa depan. Banyak hal positif yang lainnya, selain melakukan pacaran yang bisa dilakukan. Walaupun banyak yang memandang sebelah mata. Kita harus tetap berpegang teguh pada Al-Quran.







DETIK ITU

  Sinar sang surya telah meninggi di atas jam 12.00 WIB, surya yang sangat terik, tak ada awan yang menghalanginya, tak ada 1 burung pun yan...