Jumat, 23 Februari 2018

membangun indonesia emas



MEMBANGUN INDONESIA EMAS

Untuk membangun Indonesia emas diperlukan suatu usaha yang tertata dan itu tidaklah mudah untuk dilakukan. Masalah utama saat ini yang sering jadi bahan pembicaraan adalah tentang kesenjangan sosial. Ini sudah biasa terjadi di Negara kita dimana orang kaya akan semakin kaya sedangkan yang miskin tetaplah miskin. Untuk itu perlu adanya upaya untuk mengatasi masalah ini. Contoh nyata untuk mengatasinya dengan menyemarakkan tradisi kerja keras. Dengan kerja keras dapat meningkatkan ekonomi di dalam keluarga kita.
Tradisi kerja keras. Tradisi ini sebagian dari etos kerja, yang sangat penting untuk ditumbuhkan. Tidak ada cara yang lebih mulia untuk mengejar ketertinggalan, mencapai suatu cita-cita kecuali menumbuhkan semangat kerja. Memang, kerja keras memerlukan perubahan mindset dan energi yang luar biasa, akan tetapi dengan tradisi keilmuan yang sudah terbangun, spirit kerja keras akan dengan mudah dikembangkan menjadi kerja cerdas. Kombinasi kerja keras dan kerja cerdas akan mampu menciptakan kreasi dan inovasi. Kita kejar ketertinggalan kita, kita raih cita-cita kita dengan kerja keras dan cerdas. Ukuran yang paling mudah kerja keras ini adalah kebiasaan memulai kerja sebelum jam kerja resmi dimulai dan mengakhirinya setelah jam kerja resmi berakhir.
Hal kedua yang perlu diketahui tentang membangun Indonesia emas tentang kualitas pendidikan di Indonesia. Sistem pendidikan di Indonesia bisa dikatakan sangat buruk. Biaya sekolah yang semakin mahal tidak sebanding dengan hasil yang didapatkan. Paradigma pendidikan kita lebih ditekankan pada bagaimana menghasilkan lulusan yang memiliki kecerdasan soft skill dan hard skill yang memadai. Sehingga saat terjun kemasyarakat bisa menjadi seorang pemimpin yang baik.
Mengamati kondisi sosial kemasyarakatan bangsa ini sekarang, kita rasanya berada dan terjebak dalam keironisan. Kondisi dimana adanya perbedaan antagonistik antara kemestian sebagai suatu keniscayaan dengan fakta sebagai suatu kenyataan. Ada beberapa indikator kenapa sampai pada kesimpulan tersebut. Pertama, dalam kancah global, mestinya dengan jumlah penduduk terbesar keempat di dunia, peran bangsa ini didalam percaturan ekonomi, politik, dan lainnya harus istimewa, tapi kenyataannya masih sangat kecil, bahkan kalah dengan bangsa-bangsa lain, yang jika diukur dari jumlah penduduk, luas wilayah atau geografis, kekayaan sumber daya alam, dan lainnya, lebih besar kita. Kedua, keironian dimana banyak dijumpai masyarakat yang memiliki atau berada di sekitar sumber daya alam yang begitu besar, seperti hutan misalnya, justru mereka yang paling mengenaskan kondisi sosial-ekonominya. Ironi ketiga, terhadap gejala politik lokal. Mestinya yang memiliki hak lebih, mereka yang menentukan dan lebih dominan. Keempat, mestinya dunia pendidikan di Indonesia adalah tempat bersemainya nilai-nilai kecerdasan, intelektualitas dan kesantunan atau keadaban, tapi masih sering dijumpai dalam faktanya, di beberapa tempat pendidikan baik dasar, menengah maupun perguruan tinggi, adanya prilaku-prilaku yang menghambat tumbuh-suburnya kecerdasan dan kesantunan. Ini bias dilihat ketika dibeberapa kampus dalam skala besar maupun kecil, konflik berkembang menjadi suatu anarki yang tidak lagi mencerminkan sebuah lembaga pendidikan.
Ironi kelima, mestinya para agamawan dan cendekiawan biasa menjadi pencerah bagi masyarakat agar mereka terbimbing dari perilaku-perilaku tidak terpuji, tapi pada kenyataannya masih sering dijumpai lembaga-lembaga dimana para agamawan dan cendekiawan berkumpul, justru meredupkan nilai-nilai pencerahan itu. Keenam, partai-partai politik yang mestinya menyuarakan aspirasi masyarakat seringkali terjebak di dalam adu kepentingan antar elite, pengurus dari partai politik itu, sehingga parpol tidak sibuk mengurusi atau menjaring aspirasi secara luas, tapi disibukkan dengan konflik-konflik internal
Membangun Indonesia emas hal ketiga juga dapat dilakukan dengan membina insan positif. Dari pedoman tersebut dimengerti bahwa bagi tiap insan berlaku aturan kebaikan mendapat imbalan positif, sebaliknya kejahatan mendapat imbalan dalam bentuk efek negatif. Sebenarnya, untuk berpikir positif bukanlah hal yang sulit dilaksanakan sebab kita dikaruniai otak yang di dalamnya ada suatu sistem pikiran yang bekerja otomatis. Salah satu contohnya dengan menggerakan generasi muda untuk berhenti memakai narkoba. Karena barang satu ini termasuk barang haram yang dapat merusak kesehatan generasi emas penerus bangsa. Selain itu ada juga melakukan hal positif dengan tidak melakukan dan menyerukan agar tidak melakukan sex bebas. Banyak sekali generasi penerus bangsa yang melakukan pacaran berlebihan, perilaku tersebut dapat memicu terjadinya penyakit yang sangat bahaya seperti AIDS dan sifilis. Selain itu dengan banyaknya video porno yang menyebar begitu luas di zaman ini, sangat berbahaya untuk generasi emas yang rentan adanya sex bebas. Perlu adanya binaan moral dan yang terpenting agama agar tehindar dari pergaulan yang sangat merusak.
Hal keempat yang perlu dibangun adalah dengan membangun dan mengelola sumber daya alam. Sumber daya alam Indonesia sangat luas, terutama sumber daya alam hayati. Konservasi kawasan perairan merupakan salah satu yang perlu dikelola. Pada kedalamannya, laut Indonesia memendam hamparan terumbu karang yang ditempati lebih dari 500 spesies dari 70 generasi terumbu karang. Taman air dangkal ini membentuk relung-relung ekologi yang didiami ratusan ikan karang, alga, crustacean, moluska, mamalia dan reptilian laut. Komunitas biota laut dan terumbu karang ini berpadu membentuk surga bawah laut yang indah yang perlu untuk kita lestarikan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

DETIK ITU

  Sinar sang surya telah meninggi di atas jam 12.00 WIB, surya yang sangat terik, tak ada awan yang menghalanginya, tak ada 1 burung pun yan...